•• Inspirasipedia || Sharing Penulis " Tujuh Kayuh Impian '" Bersama Penulis Teguh Kaheel ••


Berikut ini saya copas artikel yang dibagikan oleh Penulis Teguh Kaheel di moment terakhir diskusi online Group Whatsapp Kelas Menulis Online kemarin malam. Semoga artikel yang begitu inspiratif juga informatif bisa memacu semangat kita untuk menggapai impian juga cita-cita kita selama ini. Aamiin YRA


•• || •• || •• || •• || •• || •• || •• || •• || •• || •• || •• || •• || •• || •• || ••


Detik Terakhir

Alhamdulillah, lima tahun sudah saya menjalani bisnis sparepart mobil. Situasi naik-turun, tekanan, dan berbagai ritme di dalamnya sudah saya rasakan. Mudah? Tidak juga, berapa kali rasanya ingin kabur. Rasanya lebih berat bertarung di bawah, lebih berat bertarung melawan hati yang jatuh daripada hal di luar sana.

Di tengah perjalanan, tidak sekali dua kali saya mendapati masalah saya selesai nyaris di ujung waktu. Awalnya, saya menganggap itu keberuntungan. Namun, karena sudah beberapa kali terjadi, akhirnya itu tumbuh sebagai keyakinan. Keyakinan bahwa setiap kendala pasti ada jalan keluar. Kalau tidak di awal, di tengah, pasti di detik akhir.

Mau tahu berapa modal saya memulai usaha sparepart mobil ini? Saya jawab dengan jujur, modal awal saya empat juta. Jika diibaratkan mau pergi ke Surabaya, saya hanya punya uang untuk naik angkot sampai terminal Kampung Rambutan saja. Kira-kira, saya bakal sampai ke Surabaya, enggak? Saya sendiri tidak tahu, tetapi kalau saya tidak berangkat, pasti saya tidak akan sampai Surabaya.

The power of kepepet, selalu ada jalan dalam setiap kesulitan, itu yang saya pegang saat itu. Jadi, uang empat juta itu saya gunakan untuk membayar kontrakan seharga dua puluh lima juta. Sisanya saya nego tiga bulan lagi untuk pelunasannya, dan saya beli rak bekas seharga 250 ribu menggunakan uang istri, sementara untuk pengadaan barang dagangan, saya utang semua sama sales. Total utang saya saat itu sekitar 120 juta rupiah.

Singkat kata, saya mulai berjualan, bermodalkan keyakinan. Saya berharap setiap hari agar toko cepat ramai demi bisa melunasi kontrakan dan mencicil utang. Namun, akhirnya energi saya habis juga. Sudah tiga bulan berjualan, boro-boro mampu membayar utang, untuk melunasi kontrakan saja akhirnya saya pinjam beberapa juta sama mertua.

Masalah tidak selesai sampai di situ. Tiga bulan saya tidak bisa mencicil utang barang ke sales. Saya harus bersiap jika barang saya ditarik kembali, dan taruhannya saya gagal total.

Oh my God, hidup rasanya ingin segera saya akhiri kalau tidak mengingat beban saya harus menafkahi istri dan anak. Seperti sudah tidak ada jalan, tidak tahu harus mencari ke mana untuk bisa mencicil utang yang sudah jatuh tempo semua. Seratus dua puluh juta, man! Duit semua itu. Mana tidak ada yang bisa saya jaminkan untuk mendapatkan uang sebesar itu, dan mungkin sebuah kegilaan kalau ada orang yang mau bertaruh meminjami uang sebesar itu. Secara, omzet toko saya saat itu tidak lebih dari empat juta satu bulan, untuk makan dan beli susu saja kurang.

“Toko buku,” jawab istri ketika saya bertanya di mana saya harus mencari cara keluar dari semua masalah ini. Itu awal saya bertemu dengan buku Percepatan Rezeki karya Mas Ippho Santosa. Sayang orang tua dan istri, serta dhuha dan sedekah, kurang lebih itu inti dari Percepatan Rezeki.

Usai membaca buku itu, keesokan paginya, saya langsung mempraktikkan anjuran Mas Ippho dalam buku itu. Sebelum ke toko, saya mampir ke masjid untuk dhuha dan sedekah, berapa pun sisa omzet yang saya dapat hari kemarin, semua saya sedekahkan. Tanggung, buat bayar utang juga siapa yang mau dicicil seratus atau dua ratus ribu. Sekali pun toko saya nanti gulung tikar, paling tidak saya sudah melakukan hal yang insyaAllah baik.

Seminggu egggak ngefek tuh semua teori yang saya praktikkan. Namun, dua minggu kemudian, siapa sangka, ternyata sama saja! Masih enggak ngefek juga, man! Akhirnya, pada hari ke-15, tidak seperti kemarin-kemarin, setelah shalat dhuha, saya tidak sedekah. Susu anak saya habis, tapi saya minta izin dulu sama Allah saat itu.

Mau tahu berapa omzet saya di hari ke-16? Tiga juta rupiah dalam satu hari! Sampai rumah, tidak berhenti air mata ini mengalir haru, tidak percaya, tetapi ini benar terjadi.

Di bulan ke-4, omzet saya sudah lebih dari 40 juta sebulan, artinya saya bisa mencicil utang dan bisa order barang lagi.

Ya, kadang Allah menguji keyakinan dan niat kita sampai detik akhir. Hanya kadang kita tidak sabar menunggu hari itu datang. Akhirnya, banyak dari kita yang gagal dalam berusaha.

InsyaAllah kalau niat kita kuat dan baik, selalu ada jalan di sela sempit rasa ketidakberdayaan. Syaratnya, kita tahu kepada siapa kita menyerahkan semuanya.

Semoga tetap tabah bagi kamu yang sedang memulai usaha. Usaha apa pun termasuk menanti jodohnya yang insyaAllah akan segera datang. Ups, kok balik lagi ngomongin jodoh lagi, hehehe. Yuk, bulatkan tekad dan perbesar keyakinan.

Keep smile N On Fire yo Gaes!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solusi Mata Kering Tanpa Bikin Drama Atasi Dengan Insto Dry Eyes!

[REVIEW] Shampoo Azalea Inspired by Natur

Green Pramuka City Bermasalah, Itu Dulu? Nyatanya Sekarang Hunian Idaman Yang Bikin Nyaman