** Ramadhanpedia || Berdamai Dengan Hati **Pengenalan Jangan Takut Berzakat Bagi Anak Usia Din



Datangnya Bulan Suci Ramadhan bisa dijadikan timing yang tepat untuk menghilangkan segala ego, melapangkan dada dan merendahkan hati sebagai pribadi yang bisa memaafkan juga melupakan kesalahan orang lain supaya ibadah yang kita jalani menjadi lebih khusyuk dan diridhoi Allah SWT dan memiliki kehidupan yang lebih indah, tenang juga damai.

Oh, ya. Pernahkah kamu berada dalam situasi sangat sulit dimana dengan keikhlasan serta ketulusan hati untuk memaafkan seseorang yang berkali-kali menyakiti perasaan walaupun kenyataannya hati kamu masih kaku dan beku memaafkan orang tersebut.

Mungkin karena luka yang tergores terlalu dalam sehingga sulit untuk disembuhkan begitu saja. Berbicara tentang sakit hati siapa sih orang yang tak pernah mengalaminya dengan berbagai macam hal menyikapinya ada dalam kategori skala biasa saja dan juga skala luar biasa untuk penyembuhannya alias butuh waktu yang lama.

Rasanya sulit bagi siapapun ketika harus bergulat antara memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain yang telah menyakiti perasaanmu dengan masih menyimpan rasa dendam juga sakit hati yang begitu mendalam atas apa yang sudah dilakukan kepadamu.

Sakit hati sebenarnya hal yang kompleks dalam kehidupan sosial manusia mulai dari karena ucapan, sikap atau perilaku dan tindakan yang salah karena kekhilafan atau kesalahan. Realitanya lebih sulit memaafkan daripada meminta maaf.

Seharusnya dari semua itu kita bisa banyak belajar dari tauladan Rasulullah SAW yang dikenal sebagai orang paling baik akhlak dan perangainya. Sebab kebaikannya itu, Nabi SAW tidak hanya disegani oleh kawan, tetapi lawan pun pada saat itu menjadi menghormati dan menyanjung etika beliau. 

Tak jarang orang yang sebelumnya sangat membenci beliau beralih menjadi menghormati dan pengikut setianya. Subhanallah, Ini berarti menunjukkan betapa mulianya akhlak seorang Nabi Muhammad SAW dimana suatu kebencian tidak pernah ia balas dengan amarah dan dendam. Malah beliau menyambut murka orang kafir Quraisy dengan penuh kasih sayang dan maaf.

Aisyah RA pernah ditanya terkait watak pribadi Rasulullah, ia pun menjelaskan:

كان أحسن الناس خلقا، لم يكن فاحشا ولا متفحشا، ولا سخابا في الأسواق، ولا يجزي بالسيئة السيئة، ولكن يعفو ويصفح

Artinya, “Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya: beliau tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Malahan beliau pemaaf dan mendamaikan,” (HR Ibnu Hibban).

Di antara sifat Rasulullah SAW ialah suka memberi maaf. Beliau acapkali memaafkan orang yang membenci dan menyakiti perasaannya. Memaafkan kesalahan orang bukanlah perkara mudah. Pada saat itulah keimanan seorang diuji. Apakah ia akan memperturutkan egonya atau mengalahkan amarahnya dengan memberi maaf. Allah SWT berfirman:

فمن عفا وأصلح فأجره على الله

Artinya, “Barangsiapa yang memaafkan dan mendamaikan maka pahalanya dari Allah SWT” (QS: Asy-Syura: 40.

Sementara dalam hadits disebutkan:

وما زاد الله عبد بعفو إلا عزا

Artinya: "Tidaklah Allah SWT menambahkan sesuatu kepada orang yang memaafkan kecuali kemuliaan,” (Al-Muwatta’ karya Imam Malik).

Memberi maaf bukan berati pengecut, sebab Allah SWT memuliakan orang yang bersedia memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan Allah sudah menyiapkan segudang pahala untuk orang tersebut. Pastinya, tidak ada kerugian bila kita berbuat baik. Memang pada saat memberi maaf, amarah kita tidak terlampiaskan. Tetapi sesungguhnya pada saat itulah keislaman kita tampak. Andaikan Nabi SAW seorang pemarah dan pendendam, mungkin pemeluk agama Islam tidak sebanyak sekarang ini.

Dengan memberi maaf, paling tidak kita sudah mencoba untuk mengikuti perilaku Nabi SAW. Mengikuti etika dan kesopanan yang beliau ajarkan tentu lebih utama ketimbang mengikuti model pakaian Nabi saja. Saking sopan dan lembutnya Nabi SAW, sahabat Al-Bara bin ‘Azib, seperti dikutip dari Syamailul Muhammadiyah, menggambarkan wajah Rasulullah SAW laiknya bulan, bukan seperti pedang. Wallahu a’lam bishawab.

Sedangkan dalam Al-Qur'an juga tersirat dalam Firman Allah SWT yang artinya, “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang”. (QS An-Nuur :22).

Sebagai umat muslim yang baik dan taat, sudah seharusnya untuk memaafkan atas kesalahan saudara kita sesama muslim. Dalam Surat An Nur diatas bukankah artinya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jika Allah SWT saja bisa memaafkan hambaNya, kenapa kita yang hamba yang hina dan lemah ini tidak mau memaafkan kesalahan saudara kita.

Pemenang sesungguhnya saat kamu mampu menghilangkan segala ego, melapangkan dada dan merendahkan hati untuk memaafkan dan melupakan kekhilafan atau kesalahan orang lain sehingga kehidupan yang dijalani jauh lebih indah, tenang dan damai.

Dari sekarang mulailah berdamai dengan hati karena kamu butuh kebahagiaan yang sesungguhnya jadi lupakanlah segala masa lalu dan raihlah masa depan demi kehidupan yang lebih cemerlang. Anggaplah kejadian yang lalu sebagai pembelajaran hidup menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin YRA



Jakarta, 03 Juni 2017





#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#Days8











Komentar

Postingan Populer