Pembangunan Infrastruktur Untuk Si Miskin Melalui Program Dompet Dhuafa.


5 Pembicara di seminar Indonesia Poverty Outlook 2018

Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya terbesar di dunia. Selain mempunyai kekayaan alam melimpah ruah ternyata dibalik semua itu Indonesia masih mempunyai masalah kemiskinan yang harus dihadapi hingga saat ini.

Sejak pemerintahan sebelum sby hingga jokowi saat ini mengentaskan kemiskinan telah diagendakan dalam anggaran belanja negara mungkin karena penduduk indonesia yang terlalu banyak dan tersebar di ribuan pulau maka tak semudah membalikkan telapak tangan.

Oh, ya di 2,5 tahun pertama pemerintahan jokowi kemiskinan menurun di tingkat pedesaan justru meningkat di tingkat perkotaan. Di mana kebijakan ekonomi jokowi menunjukkan anomali yaitu cenderung bias ke penduduk miskin pedesaan yang membuat kondisi kemiskinan pedesaan semakin buruk.

Pemaparan Bapak drg. Imam Rulyawan dari dompet dhuafa

Di kesempatan emas ini pada hari kamis lalu tanggal 21 Desember 2017 dompet dhuafa mengelar suatu seminar Poverty Outlook 2018 dengan tema "Mendorong Infrastruktur Untuk Si Miskin : Ikhtiar Program Dompet Dhuafa" bertempat di Museum Kebangkitan Nasional dengan menghadirkan empat narasumber diantaranya :

1. Dr. Ir. Rahmat Mardiana, MA, Direktur Energi, Telekomunikasi dan Informartika, Kementerian PPN/Bappenas

2. Sri Eko Haryanto, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

3. Marsudi Nur Wahid, Pemimpin Redaksi Jaws Pos

4. Subroto, Redaktur Pelaksana Republika

5. Yusuf Wibisono, Direktur IDEAS

Sebelumnya acara seminar diawali sambutan hangat dari Bapak drg. Imam Rulyawan, MARS selaku Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi. Beliau memaparkan bahwa Dompet Dhuafa memiliki banyak program terintegrasi di pedesaan yang dinamakan klaster mandiri.

Dragon Fruits, salah satu hasil pemberdayaan dompet dhafa

Klaster mandiri di sini maksudnya Dompet Dhuafa memberdayakan masyarakat dari mulai program kesehatan hingga ekonomi menjadi mandiri secara perekonomian.

Selain itu dompet dhuafa akan tetap fokus dalam pemberdayaan wilayah desa, terluar, termiskin juga terbelakang dan tetap bertumpu pada lima pilar pemberdayaan, kesehatan, pendidikan, ekonomi, budaya dan agama.

Salah satu narasumber lainnya yaitu Bapak Yusuf Subroto dari IDEAS (Indonesia Development and Islamic Studies) yaitu suatu lembaga kajian kebijakan publik pembangunan Indonesia dalam bingkai Keislaman untuk menuju Indonesia yang mandiri, adil, maju dan bermartabat.

Bapak Yusuf mengemukakan bahwa
memproyeksikan penurunan kemiskinan pada 2018 hanya berjalan konservatif di kisaran 27,52 juta, sekitar 0,35%. Angka ini masih sangat jauh dari target RPJMN 2015-2018 yang mematok angka kemiskinan 7,00-8,00% pada 2019.

Selain itu Bapak Subroto memaparkan bahwa penanggulangan kemiskinan di Indonesia kenapa belum tuntas juga sampai saat ini itu dikarenakan ada 4 kendala menurut kacamata beliau yaitu :
1. Pendanaan
2. Ketimpangan Antar Wilayah
3. Keterlibatan Swasta
4. Dampak Ekonomi Jangka Panjang

Sesi photo bareng komunitas sahabat blogger 

Sebenarnya masalah kemiskinan di Indonesia bisa cepat dituntaskan dengan adanya kerjasama yang tanggap dan baik dari pihak- pihak terkait. Nah, mulai sekarang kita dukung bentuk pembangunan infrastruktur untuk si miskin melalui program dompet dhuafa demi menuju Indonesia yang lebih baik.

Komentar

Postingan Populer