Merokok? Banyak Mudharatnya Dibanding Manfaatnya!
Diskusi Publik Bersama Komnas Pengendalian Tembakau |
Berbicara soal rokok dan tembakau, satu bagian yang tak terpisahkan terutama bagi perokok di luar sana padahal mah kalau dihitung-hitung atau dianalisa baik dari segi keuangan maupun kesehatan merokok itu gak ada untungnya sama sekali malah sebaliknya lebih banyak mudharatnya. Kalau menurut aku merokok itu sama saja membakar uang, benar gak tuh?
Oh, ya sebelumnya aku mau intermezo sebentar dimana ayahku tercinta juga seorang perokok walaupun intensitas merokoknya jarang-jarang tapi tetap saja membuat kami khawatir terutama aku salah satu anaknya yang bisa dibilang paling bawel atau cerewet mengenai yang satu itu. Biasanya aku melakukan tindakan seperti membuang rokok atau mematahkan batang rokok yang beliau beli tapi tetap saja hal tersebut tak membuat beliau kapok.
Membahas soal yang satu itu memang tak pernah ada habisnya, karena dari berbagai segi manapun selalu menarik untuk dibahas. Nah, kebetulan sekali aku berkesempatan bisa menghadiri Diskusi Publik bersama Komnas Pengendalian Tembakau yang membahas bagaimana rokok dipandang dari segi klinis, keuangan dan konteks keislaman. Tema yang diangkat sangat menarik yaitu "Rokok dan Puasa, dan Murahnya Harga Rokok" bertempat di Tjikini Lima Resto & Cafe Jakarta.
Dalam kesempatan itu hadir 4 orang narasumber yang berkompeten dibidangnya yaitu :
1. Dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ (Psikiater RS Jiwa Soeharto Heerdijan, irektur Eksekutif Indonesia Neuroscience Institute/INI)
2. Dr. Anwar Abbas (Pengurus Pusat Muhammadiyah)
3. Dr. Abdillah Ahsan, SE, M.Si (Wakil Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia)
4. Fuad Baradja (Pengurus Komnas Pengendalian Tembakau juga therapis)
Acara diskusi publik sore itu dimulai pemarapan dari Dr. Adhi yang selama 20 tahun lebih menghandle masalah narkoba dan aids. Menurut beliau bahwa nikotin itu jauh lebih jahat dimana posisinya berada di rangking 3 dibawah kokain dan putauw, ironis bangetkan? "Nikotin pada rokok memiliki adiksi yang sangat kuat sehingga perlu niat yang tinggi untuk berhenti sehingga momen puasa dapat menjadi momen spiritual setiap pribadi untuk menghentikan ketergantungan terhadap rokok." tegas Dr. Adhi.
Beliau juga menambahkan pengaruh nikotin pada perokok diantaranya :
¤ Meningkatkan atensi
¤ menimbulkan stimulan seperti euporia/happy
¤ Mengurangi kecemasan
¤ Sebagai analgesik
Sedangkan dari sudut pandang seorang Dr. Anwar Abbas dengan hadirnya moment ramadhan bisa dijadikan sebagai klinik kesehatan bagi perokok untuk sementara berhenti merokok siapa tahu saja setelah ramadhan berhenti merokoknya permanen. Selain itu dari fakta yang ada sekitar 7000 artikel yang ditulis oleh jurnal internasional tidak ada satupun yang menjelaskan bahwa merokok itu baik.
Selain itu beliau menegaskan "Merokok bertentangan dengan dalil-dalil dalam islam, di antaranya mengharamkan segala yang buruk, laramgan menjatuhkan diri pada kebinasaan dan perbuatan bunuh diri, larangan berbuat mubazir dan larangan menimbulkan mudarat atau bahaya pada diri sendiri dan orang lain. Itulah kenapa PP Muhammadiyah mengeluarkan fatwa haram pada rokok agar umat islam menjauhkan diri dari rokok".
Pemaparan dari Dr. Abdillah Ahsan tak kalah menariknya dimana saat ini peran serta pemerintah seperti kementerian kesehatan, kementerian pertanian, kementerian perindustrian sampai kementerian tenaga kerja sangat diperlukan dalam mengendalikan rokok jadi harus mencari solusinya secara umum dengan bersinergi dengan masyarakat.
Ditambahkan lagi "harga rokok saat ini masih murah menunjukkan harga rokok per bungkus Rp. 15.000 untuk kretek mesin masih terjangkaulah dengan uang saku anak-anak apalagi rokok di Indonesia lumrah dibeli per batang. Menurutnya, saat puasa merupakan moment yang tepat berhenti merokok lebih baik uangnya ditabung untuk masa depan. Apalagi merokok juga tidak islami karena makruh, mubazir dan pastinya menyebabkan sakit katastropik".
Oh, ya acara diskusi publik sore itu juga dihadiri oleh anggota dari AMKRI (Aliansi Masyarakat Korban Rokok Indonesia) yaitu Bapak Daniel dan Bapak Zainuddin yang menceritakan bagaimana merokok itu menimbulkan banyak mudharat hingga pita suara mereka harus rela diangkat. Lebih ironisnya bahwa pak zainuddin hanyalah perokok pasif yang berada di lingkungan para perokok. Dan seisi ruanganpun langsung diam menyimak setiap kata yang keluar dari kedua orang tua dengan suara tak seperti orang pada lazimnya. Seandainya saja para perokok di luar sana mendengar kesaksian langsung dari mereka ini bisa jadi akan kapok untuk tak merokok lagi.
Dalam diskusi sore itu ada pemandangan tak biasa karena kehadiran narasumber terakhir yaitu Fuad Baradja public figur yang terkenal diperannya di sinetron 90an Jin dan Jun, beliau saat ini menggeluti Therapist SEFT dan Aktivis Penanggulangan Masalah Merokok dibawah naungan Komnas Pengendalian Tembakau.Beliau menceritakan ihwal menjadi seorang therapist berawal dari sakit keras akibat merokok kemudian memutuskan untuk berhenti merokok dan mendapatkan informasi ada terapi untuk berhenti merokok yaitu SEFT dan beliaupun menjalaninya hingga membuahkan hasil beliau benar-benar berhenti merokok. Akhirnya sejak saat itu beliau menekuni menjadi seorang Therapist SEFT.
Apakah Terapi SEFT ?
Jadi, Terapi yang bernama Spiritual Emotional Freedom Technic (SEFT) yaitu suatu terapi yang membuat tubuh perokok kembali seperti semula sebelum terkontaminasi Nikotin. Memang pada dasarnya asap rokok terasa pahit tapi jika seseorang sudah terlalu sering dan mengkonsumsi Nikotin dalam jumlah banyak maka pahit tersebut menjadi nikmat. Terapi SEFT yang diterapkan lebih berfokus pada metode totok/ akupresur yang menekan pada titik di wajah, kepala, dada, pundak dan ketiak. Hebatnya metode terapi ini mampu membuat seorang perokok merasakan pahit dimulut saat merokok.
Dalam kesempatan itu Om Fuad Baradja sekalian mempraktikkan terapi SEFT kepada salah seorang perokok yang ingin berhenti total disaksikan para peserta diskusi, beliau menotok pasien secara perlahan di setiap titik wajah, kepala, dada, pundak dan ketiak alhasilnya ada perubahan yang significan dimana pasien terapi tersebut merasakan pahit saat merokok lagi. Wah, cara efektif banget nih bisa dicoba buat kamu para perokok berat.
Om Fuad Baradja ternyata sosok yang baik, humble juga friendly selepas kami berbuka puasa beliau menghampiri aku sambil menyapa dan mengobrol sebentar. Dan kesempatan emas ini tak aku sia-siakan untuk sharing mengenai ayahku yang perokok walaupun intensitasnya jarang. Beliaupun memberikan saran dan tak lupa memberikan kartu nama apabila mungkin ayahku butuh di terapi SEFT. Walaupun aku gak sempat photo wefie minimal aku mendapatkan kartu namanya sebagai kenang-kenangan who knows suatu saat bermanfaat.
Benang merah yang aku tarik dari diskusi sore itu, apapun jenis rokoknya tetap saja gak baik untuk kesehatan, di mata islam hukumnya makruh dan hanya mubazir lebih baik uangnya buat menabung untuk masa depan. Bagi kamu seorang perokok lebih baik dari sekarang berhenti daripada terlambat yang bisa berefek pita suara sampai diangkat. Dan kamu bisa mencoba terapi SEFT ini yang Insya Allah efektif bisa membuat berhenti merokok secara total. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya.
Oh, ya sebelumnya aku mau intermezo sebentar dimana ayahku tercinta juga seorang perokok walaupun intensitas merokoknya jarang-jarang tapi tetap saja membuat kami khawatir terutama aku salah satu anaknya yang bisa dibilang paling bawel atau cerewet mengenai yang satu itu. Biasanya aku melakukan tindakan seperti membuang rokok atau mematahkan batang rokok yang beliau beli tapi tetap saja hal tersebut tak membuat beliau kapok.
Membahas soal yang satu itu memang tak pernah ada habisnya, karena dari berbagai segi manapun selalu menarik untuk dibahas. Nah, kebetulan sekali aku berkesempatan bisa menghadiri Diskusi Publik bersama Komnas Pengendalian Tembakau yang membahas bagaimana rokok dipandang dari segi klinis, keuangan dan konteks keislaman. Tema yang diangkat sangat menarik yaitu "Rokok dan Puasa, dan Murahnya Harga Rokok" bertempat di Tjikini Lima Resto & Cafe Jakarta.
Dalam kesempatan itu hadir 4 orang narasumber yang berkompeten dibidangnya yaitu :
1. Dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ (Psikiater RS Jiwa Soeharto Heerdijan, irektur Eksekutif Indonesia Neuroscience Institute/INI)
2. Dr. Anwar Abbas (Pengurus Pusat Muhammadiyah)
3. Dr. Abdillah Ahsan, SE, M.Si (Wakil Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia)
4. Fuad Baradja (Pengurus Komnas Pengendalian Tembakau juga therapis)
Pemaparan dari Dt. Adhi Wibowo |
Beliau juga menambahkan pengaruh nikotin pada perokok diantaranya :
¤ Meningkatkan atensi
¤ menimbulkan stimulan seperti euporia/happy
¤ Mengurangi kecemasan
¤ Sebagai analgesik
Pemaparan dari Dr. Anwar Abbas |
Selain itu beliau menegaskan "Merokok bertentangan dengan dalil-dalil dalam islam, di antaranya mengharamkan segala yang buruk, laramgan menjatuhkan diri pada kebinasaan dan perbuatan bunuh diri, larangan berbuat mubazir dan larangan menimbulkan mudarat atau bahaya pada diri sendiri dan orang lain. Itulah kenapa PP Muhammadiyah mengeluarkan fatwa haram pada rokok agar umat islam menjauhkan diri dari rokok".
Pemaparan dari Dr. Abdillah Ahsan tak kalah menariknya dimana saat ini peran serta pemerintah seperti kementerian kesehatan, kementerian pertanian, kementerian perindustrian sampai kementerian tenaga kerja sangat diperlukan dalam mengendalikan rokok jadi harus mencari solusinya secara umum dengan bersinergi dengan masyarakat.
Ditambahkan lagi "harga rokok saat ini masih murah menunjukkan harga rokok per bungkus Rp. 15.000 untuk kretek mesin masih terjangkaulah dengan uang saku anak-anak apalagi rokok di Indonesia lumrah dibeli per batang. Menurutnya, saat puasa merupakan moment yang tepat berhenti merokok lebih baik uangnya ditabung untuk masa depan. Apalagi merokok juga tidak islami karena makruh, mubazir dan pastinya menyebabkan sakit katastropik".
Sharing Session dari Ibu Helena (Pengurus AMKRI) |
Dalam diskusi sore itu ada pemandangan tak biasa karena kehadiran narasumber terakhir yaitu Fuad Baradja public figur yang terkenal diperannya di sinetron 90an Jin dan Jun, beliau saat ini menggeluti Therapist SEFT dan Aktivis Penanggulangan Masalah Merokok dibawah naungan Komnas Pengendalian Tembakau.Beliau menceritakan ihwal menjadi seorang therapist berawal dari sakit keras akibat merokok kemudian memutuskan untuk berhenti merokok dan mendapatkan informasi ada terapi untuk berhenti merokok yaitu SEFT dan beliaupun menjalaninya hingga membuahkan hasil beliau benar-benar berhenti merokok. Akhirnya sejak saat itu beliau menekuni menjadi seorang Therapist SEFT.
Apakah Terapi SEFT ?
Jadi, Terapi yang bernama Spiritual Emotional Freedom Technic (SEFT) yaitu suatu terapi yang membuat tubuh perokok kembali seperti semula sebelum terkontaminasi Nikotin. Memang pada dasarnya asap rokok terasa pahit tapi jika seseorang sudah terlalu sering dan mengkonsumsi Nikotin dalam jumlah banyak maka pahit tersebut menjadi nikmat. Terapi SEFT yang diterapkan lebih berfokus pada metode totok/ akupresur yang menekan pada titik di wajah, kepala, dada, pundak dan ketiak. Hebatnya metode terapi ini mampu membuat seorang perokok merasakan pahit dimulut saat merokok.
Proses Terapi SEFT |
Kartu Nama Fuad Baradja (Therapist SEFT) |
Benang merah yang aku tarik dari diskusi sore itu, apapun jenis rokoknya tetap saja gak baik untuk kesehatan, di mata islam hukumnya makruh dan hanya mubazir lebih baik uangnya buat menabung untuk masa depan. Bagi kamu seorang perokok lebih baik dari sekarang berhenti daripada terlambat yang bisa berefek pita suara sampai diangkat. Dan kamu bisa mencoba terapi SEFT ini yang Insya Allah efektif bisa membuat berhenti merokok secara total. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya.
Di Eropa dan Amerika aja harga rokok udah dimahalin banget supaya pada mikir-mikir dulu sebelum beli rokok. Lagi pula pola pikir orang di negara-negara maju udah lebih logis dan sadar akan kesehatan.
BalasHapusSuami saya dulu juga perokok, dan saya minta berhenti merokok kalau mau terus lanjut hubungan dengan saya, ceritanya juga saya tulis di blog dan IG. Saya juga senang ikut kampanya anti rokok ini.
Intinya jangan tunggu sakit kalau mau berhenti merokok, harus dari kesadaran sendiri dan motivasi kuat. Saya baru tau kalau Pak Fuad yang dulu main di sinetrin Jin dan Jun jadi terapis SEFT, hebat juga metodenya buat berhenti merokok!